Kamis, 09 Desember 2010

peta topografi



Pengertian Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).
Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala. Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang dan bujur.
Kebanyakan dari peta yang dikenal hanya memperlihatkan bentuk dua dimensi saja, sedangkan para pengguna peta seperti ahli geologi membutuhkan bentuk 3 dimensi (unsur ketinggian) juga disajikan dalam peta. Peta yang menyajikan unsur ketinggian yang mewakili dari bentuk lahan disebut dengan peta topografi. Meskipun berbagai teknik telah banyak dipakai untuk menggambarkan unsur ketinggian, akan tetapi metoda yang paling akurat/teliti adalah memakai garis kontur.
Peta topografi dalam pemetaan geologi dikenal sebagai peta dasar (base maps) dan merupakan peta yang mendasari dalam pembuatan peta geologi. Sebagaimana diketahui bahwa peta dasar tidak saja diperlukan oleh para ahli geologi, namun juga diperlukan oleh para ahli teknik lainnya dan para teknisi serta para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya atau melaksanakan suatu proyek pembangunan. Ketelitian suatu peta sangat ditentukan oleh Skala Peta. Skala peta adalah suatu perbandingan antara obyek yang terdapat di permukaan bumi dan di atas peta. Dalam prakteknya, skala peta ditentukan oleh kebutuhan si pengguna.
Untuk perencanaan teknis, seperti perencanaan gedung, saluran drainase, kontruksi bangunan dan pondasi bendungan, umumnya menggunakan skala peta yang besar, yaitu skala 1 : 500 ; 1 : 1.000, 1 : 2.000; atau 1 : 5.000. Pada umumnya peta skala besar dibuat dengan cara pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan theodolite dan atau tenol sebagai alat ukur dalam pembuatan peta teknis dan peta skala besar bersifat detail serta memiliki ketelitian dan akurasi yang sangat tinggi.
Di Indonesia untuk memperoleh peta topografi / rupabumi yaitu dengan cara memesan atau membeli ke lembaga yang memang bertugas menyediakan peta rupabumi. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) adalah lembaga pemerintah yang fungsi dan tugasnya menyediakan peta rupabumi standar yang diperlukan oleh pengguna, baik sektor pemerintah maupun sektor swasta maupun perorangan. Adapun skala peta yang diterbitkan oleh Bakosurtanal pada umumnya adalah peta-peta berskala 1 : 10.000 (khusus untuk wilayah Jabotabek), sedangkan untuk pulau Jawa umumnya adalah peta-peta berskala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000, sedangkan untuk Sumatra, Bali, Sebagian Kalimantan, Sebagian Sulawesi tersedia peta rupabumi berskala 1 : 50.000 dan wilayah-wilayah lainnya masih berskala 1 : 100.000 sampai skala yang lebih kecil lagi.
Gambar 12.2 Peta Topografi

Fungsi Peta Topografi
Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
- Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
- Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung,sungai dan bentuk-bentuk lainnya.
- Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.
- Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
- Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
- Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.
- Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena-fenomena (gejala-gejala) geologi di permukaan bumi.

Jenis Peta Topografi
Peta dapat digolongkan menjadi beberapa dasar yaitu :
1. Penggolongan berdasarkan skalanya :
Peta skala besar dengan skala 1: 25.000. Peta ini isinya lebih detail contoh peta tofografi. Peta skala sedang dengan skala 1: 25,000 – 1: 2.000.000 peta ini hanya memuat yang penting penting saja. Peta skala kecil dengan skala lebih dari 1:200.000.
2. Penggolongan berdasarkan isi dan fungsinya:
Peta umum (General Map) yaitu peta yang memuat kenampakan kenampakan umum (lebih dari satu jenis ) memuat kenampakan fisis alamiah da kenampakan budaya. Peta ini lebih berfungsi sebagai orientasi. Peta tematik yaitu peta yang memuat satu jenis kenampakan saja peta tertentu baik kenampakan fisis maupun kenampakan budaya.Peta kart yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical, aeronautical.
3. Penggolongan berdasarkan tujuannya:
Peta geologi bertujuan untuk menunjukan formasi batuan atau aspek geologi lainnya di suatu daerah. Peta iklim bertujuan untuk menunjukkan berbagai macam sifat iklim di suatu daerah. Jenis jenis lainnya : misalnya peta tanah, peta kependudukan peta tata guna lahan dan sebagainya

Indeks Peta Topografi
Indeks Nomor Peta Daerah Sekitar
Indeks nomor peta daerah sekitar menunjukkan kedudukan peta yang bersangkutan terdapat lembaran-lembaran peta disekitarnya. Ini berguna bagi yang akan mencari peta-peta yang berada disebelahnya itu nomor berapa. lembar peta tersebut diletakkan pada bagian tengah indeks peta. Indeks peta biasanya ditempatkan di sudut kiri baawah atau disesuaikan dengan format lembaga yang mengeluarkan peta.

Indeks Administrasi
Indeks administrasi adalah indeks pembagian daerah berdasarkan hukum pemerintahan, hal ini penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian atau pemetaan. Administrasi pemerintahan menunjukkan pembagian wilayah secara administratif pemerintah disesuaikan dengan kecamatan, kabupaten atau provinsi.

Jenis Kontur dan Syarat-syaratnya
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati adalah pola kontur dan aliran sungai.
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang menunjukan batuan lunak atau lepas.
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya, menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya batuan keras atau zona patahan.
d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah perbandingan antara total panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu sendiri), sedangkan kerapatan sungai yang kecil menunjukan batuan yang resisten terhadap erosi.
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai. Berikut ini adalah penafsiran struktur perlapisan, struktur lipatan dan struktur sesar berdasarkan pola kontur, pola aliran sungai dan lineament (kelurusan) topografi.
1. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur
Jurus perlapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan arah kecenderungan dari garis konturnya.
Kemiringan lapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan spasi konturnya. Arah kemiringan umumnya mengarah ke arah spasi kontur yang renggang.

2. Jurus dan kemiringan lapisan berdasarkan pola kontur 
 
Jurus perlapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan bentuk dari pola garis konturnya.
Kemiringan lapisan batuan dapat ditafsirkan berdasarkan spasi konturnya. Arah kemiringan umumnya mengarah ke arah spasi kontur yang renggang.

3. Resistensi batuan berdasarkan pola kerapatan kontur 
 
Spasi garis kontur rapat meng-indikasikan batuan yang resisten
Spasi garis kontur renggang mengindikasikan batuan yang non-resisten.

Aplikasi Peta Topografi Dalam Geologi
Sesara umum, peta topografi merupakan basic mapyang dipakai dalam bidang geologi dalam pmetaan lapangan maupun penelitian. Karena peta topografi ini merupakan peta yang mnggambarkan penyebaran bentuk dan ukuran dari roman muka bumi.
Peta topografi juga sangat diperlukan dalam plotting suatu daerah yang akan dipetakan.








Kamis, 25 November 2010

bentang alam fluvial


Bentang alam fluvial adalah bentuk – bentuk bentang alam yang terjadi akibat dari proses fluvial.Pada awalnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air, baik air hujan, mencairnya es, atau pun munculnya mata air,dan adanya relief permukaan bumi. Air hujan setelah jatuh dipermukaan bumi mengalami evaporasi, merembas ke dalam tanah,di serap tumbuh–tumbuhan dan binatang, transpirasi, dan sisanya mengalir dipermukaan sebagai ‘surface run off’. Run off ini dapat segera setelah hujan atau pun muncul kemudian melalui proses resapan dulu kedalam tanah sebagai air tanah dan muncul kembali pada matar air. Proses fluvial dibedakan menjadi 3macam yaitu :

a. Proses Erosi : Proses terkikisnya batuan karena air.Pengkikisan ini dapat berupa:
1. Abrasi yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
2. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
3. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
4. Korosi yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
o   Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
o   Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
o   Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.

b. Proses Transportasi : Proses terangkutnya material-material hasil erosi. Proses ini dapat berupa menggelinding ,meloncat, traksi dan mengambang.
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
§ Stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai
§  Stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.
§ Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load .
o   Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
*      Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
*      Rolling   : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
*      Saltation          : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.

o   Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
*      Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
*      Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

c. Proses Pengendapan : Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.

SUNGAI
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
A. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Banyak dijumpai air terjun
- Tidak terjadi pengendapan
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk

 B. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
- Erosi lateral efektif

C. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentukcawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak
- Bermeander
- Kemiringan datar

Macam-macam pola pengaliran :
a. Dendritik : pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.

b. Radial, adalah pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.

c. Rectanguler : pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang bersistem (teratur).

d. Trellis, adalah bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah.

Jadi secara umum , pembentukan sungai utama lebih disebabkan oleh kontrol struktrur dan pembentukan anak sungai lebih disebabkan oleh kontrol litologi.

Annular, adalah pola pengaliran dimana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar. Sering dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari pola radier. Pola penyaluran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan batuannya.

Multi basinal atau sink hole adalah pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah karst atau daerah batugamping.
          Contorted, adalah pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik / berbalik arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.


Macam-macam Bentang Alam Fluvial
a. Sungai Teranyam (Braided Stream)
sungai teranyam terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis( Fairbridge, 1968).

b. Bar deposit
bar deposit adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah (channel bar) dan endapan pada tepi disebut gosong tepi (point bar).Bar deposit ini bisa berupa kerakal, berangkal, pasir, dll.

c. Dataran banjir ( Floodplain) dan Tanggul alam (Natural levee)
Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang terangkut saat banjir pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.

d. Kipas Aluvial (alluvial fan)
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.

e. Meander
meander bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.

f. Danau tapal kuda
danau tapal kuda terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air.

g. Delta
delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level. Selanjutnya akan dibahas dalam bentang Alam Pantai dan Delta.

Bentang Alam Fluvial dalam Peta Topografi
Dalam peta topografi standar, sebagian dari bentang alam fluvial tidak terekspresikan, terutama yang berukuran kecil, misalnya gosong sungai, tanggul alam. Sebagian bentang alam yang berukuran besar dapat terekspresikan dalam peta topografi, misalnya kipas aluvial. Dalam peta topografi alur sungai tampak jelas dengan pola kontur yang khas, ditandai oleh kontur yang meruncing ke arah hulu sungai.

Aplikasi
Daerah-daerah yang termasuk bentang alam fluvial merupakan daerah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya di sekitar aliran sungai. Daerah sekitar aliran sungai merupakan daerah yang potensial sebagai penyediaan air irigasi, air minum, dan material pasir batu yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan. daerah aliran sungai juga bisa menjadi sesumber bencana seperti banjir, dan tanah longsor. Analisa terhadap bentang alam ini dapat memberikan informasi tentang kondisi geologi suatu daerah, yang akan terekspresikan dalam pola penyaluran dan bentukan bentang alam lokal, seperti kipas alluvial, dataran banjir, dan sejenisnya. Analisa tersebut juga akan memberikan informasi tentang stadia daerah maupun stadia erosi daerah yang terkait, yang akan memberikan kontribusi pemikiran dalam rencana pengembangan wilayah.

Selasa, 23 November 2010

FOSIL

Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus sewerage tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia. Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.

ecara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  1. Sisa-sisa organisme.
  2. Terawetkan secara alamiah.
  3. Pada umumnya padat/kompak/keras.
  4. Berumur lebih dari 11.000 tahun.

Fosilisasi

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
  1. Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
  2. Mengalami pengawetan
  3. Terbebas dari bakteri pembusuk
  4. Terjadi secara alamiah
  5. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
  6. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

Fosil hidup

Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus.

Tempat penemuan fosil

Kebanyakan fosil ditemukan dalam batuan endapan (sedimen) yang permukaannya terbuka. Batu karang yang mengandung banyak fosil disebut fosiliferus. Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan tergantung dari tipe lingkungan tempat sedimen secara ilmiah terendapkan. Sedimen laut, dari garis pantai dan laut dangkal, biasanya mengandung paling banyak fosil.

Proses terbentuknya fosil

Fosil terbentuk dari proses dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua sehingga digantikan dengan cetakan.

Pemanfaatan fosil

Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari waktu geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada fosil.Organisme berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini digunakan untuk menandai periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil graptolit harus diberi tanggal dari era paleozoikum. Persebaran geografi fosil memungkinkan para ahli geologi untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia.



Kamis, 04 November 2010

Gunung Tambora

Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m[2] yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.[3] Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181.[4] Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.[4] Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.[5] Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.[4]

Selama penggalian arkeologi tahun 2004, tim arkeolog menemukan sisa kebudayaan yang terkubur oleh letusan tahun 1815 di kedalaman 3 meter pada endapan piroklastik.[6] Artifak-artifak tersebut ditemukan pada posisi yang sama ketika terjadi letusan di tahun 1815. Karena ciri-ciri yang serupa inilah, temuan tersebut sering disebut sebagai Pompeii dari timur.