Kamis, 12 Mei 2011

mineral pirolusit


gambar mineral pirolusit
Nama mineral              :  Pirolusit
Rumus Kimia              :  MnO2
Golongan                    :  Hidroaksida
Sistem Kristal              :  Tetragonal
Warna                          :  Hitam besi
Kilap                           :  Logam
Kekerasan                   :  6,5
Cerat                           :  Hitam
Belahan                       :  Sempurna {110}
Pecahan                       :  Uneven
Bentuk                        :  Kristalin
Struktur                       :  Sacharoidal
Berat Jenis                   :  4,75
Sifat Dalam                 :  Brittle ( Rapuh )
Kemagnetan                :  Diamagnetik
Transparasi                  :  Opaq ( tidak tembus )
Optic                           :  Anisotrop
Cara terjadinya            :  Terjadi akibat pembekuan dari magma asam dalam gang.
Kegunaan                    :  Digunakan sebagai isi pensil,baterai, aki.
Terdapatnya                :  Mangan berbentuk kristal halus dalam berbagai batuan. Bila mana batuan mengalami penghancuran ia mungkin diendapkan kembali sebagai variasi mineral, tetapi pirolusit sebagai mineral utama. Endapan nodul dari pirolusit ditemukan didasar danau dan di dasar dari laut dangkal.

Rabu, 11 Mei 2011

geologi regional jepara


1.         1.  Letak Geografis Kabupaten Jepara
            Kabupaten Jepara merupakan salah satu wilayah yang terletak di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah sepanjang Pantai Utara Jawa. Letak geografisnya yaitu 3023’20’’ – 4009’35’’ BT dan 5043’30’’- 6048’44’’ dengan luas area sebesar 100.413,19 ha, kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 68 km. Kabupaten Jepara memiliki persebaran ekosistem mangroove sebesar 3.721 ha, dengan hutan pantai seluas 6.672 ha.
 
Gambar 3.1 Peta Lokasi Kabupaten Jepara

2 .     Kondisi Fisiografis dan Topografi
            Kabupaten Jepara memiliki kondisi fisiografis dan topografi dengan kelerengan 0-25% dan ketinggian 0-1.301 dpl. Pada Kabupaten Jepara khususnya untuk Kecamatan Keling memiliki topografi yang bervariasi mulai dari landai sampai perbukitan.

3.      Kondisi Geologi
            Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hidromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan.Kabupaten Jepara terletak dalam lereng utara dan barat Gunung Muria.
Bentang alam Semenanjung Muria terdiri atas  dataran, perbukitan, dan pegunungan, yang proses  geomorfologinya dikontrol oleh kegiatan gunung  api. Daerah dataran menempati seluruh pantai barat, utara dan timur, serta dataran Kudus - Pati di  sebelah selatan. Litologi penyusun daerah dataran  adalah bahan rombakan berupa endapan lahar dan  aluvium; secara setempat dijumpai pula endapan  piroklastika dan lava. Daerah perbukitan merupakan kaki dan lereng bawah Gunung Api Muria, Gunung  Api Genuk dan sekitarnya, serta perbukitan yang  terletak di kompleks Gunung Api Patiayam. Litologi penyusun daerah perbukitan adalah lava, endapan  piroklastika, dan lahar. Daerah pegunungan meliputi kawasan puncak Muria dan Genuk yang merupakan  pusat erupsi gunung api di Semenanjung Muria. Batuan penyusun terdiri atas lava, intrusi, dan breksi piroklastika.
Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung Muria, sedangkan Gunung Api Genuk berada di sebelah timur laut Gunung Api Muria.  Dengan demikian bentang alam Semenanjung Muria dibangun oleh hasil kegiatan atau erupsi Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk beserta gunung api  parasitnya pada masa lampau. Aktivitas vulkanisme tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen, mulai dari pelapukan, erosi, transportasi, dan sedimentasi  di sekeliling gunung api tersebut yang berlanjut sampai ke lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan.
Berdasarkan data geologi regional Lembar Kudus (Suwarti dan Wikarno, 1992), batuan tertua yang tersingkap di daerah Semenanjung Muria adalah Formasi Bulu yang di atasnya menumpang secara  berturut-turut Formasi Ujungwatu, batuan Gunung  Api Genuk dan Muria. Formasi Bulu terdiri atas  batuan sedimen silisiklastika halus (batulempung  sampai batupasir karbonatan) dan batugamping berumur Mio-Pliosen yang tersingkap di daerah Semliro di bawah fasies sentral Gunung Api Muria dan di  sekitar Gunung Api Genuk. Sementara itu, Formasi  Ujungwatu didominasi oleh batuan klastika gunung  api kaya batuapung, seperti tuf batuapung, lapili batuapung, dan breksi batuapung. Batuan Gunung  Api Genuk dan Muria yang terletak dekat dengan  kawah atau pusat erupsi sampai fasies proksimal  berupa batuan beku (aliran lava dan intrusi) dan breksi gunung api. Sedangkan daerah kaki dan dataran di sekelilingnya, pada umumnya berupa batuan klastika gunung api fraksi halus-sedang, mulai dari  batulanau, batupasir sampai dengan konglomerat dan breksi gunung api.
 Di permukaan, mulai dari  daerah Bangsri sampai dengan Ujung Lemah Abang  (ULA) bahan rombakan gunung api tersebut sudah lapuk lanjut membentuk tubuh tanah lempung merah dengan ketebalan antara 3 – 5 m. Singkapan agak  segar hanya dijumpai pada beberapa tebing dan dasar aliran sungai. Berdasarkan 74 data radiometri NTT (2000) dan  menurut McBirney dkk. (2003) aktivitas vulkanisme di Semenanjung Muria dibagi menjadi lima periode,  yaitu: (1) Genuk Tua, (2) Muria Tua, (3) Muria  Tengah, (4) Genuk Muda, dan (5) Muria Muda.
Struktur geologi yang ada di Semenanjung Muria berupa kekar dan sesar yang mempunyai pola umum timur laut – barat daya dan barat laut – tenggara.  Dari analisis seismik refleksi, pada bagian utara dari  Laut Jawa terdapat indikasi sesar yang hampir mirip  dengan struktur sesar regional daerah ini (McBirney  dkk., 2003). Sesar regional tersebut tercermin dalam Depresi Rembang. Menurut Mallard dkk. (1991) dan Serva (2001), Depresi Rembang terekam sebagai  cekungan pull-apart, yang dibentuk oleh dua sistem  sesar utama di wilayah ini. Menurut van Bemmelen (1947), Boomgaart (1947), Nicholls and Whitford (1983) dan Maury  dkk. (1987), Bellon dkk. (1989), Edwards (1990),  Edwards dkk. (1991) produk erupsi Muria dan Genuk merupakan batuan sosonit kalium tinggi yaitu basal, basanit, tefrit, trasit, dan fonolit. Studi  petrologi dan geofisika yang berhubungan dengan sifat magmatologinya pun telah ditelaah (Boomgaart,  1947; Maury dkk., 1987; Marzuki dan Sardjono,  1991; Nicholls and Whitford, 1983; dan van Bemmelen, 1947).