Minggu, 09 Oktober 2011

Geomorfologi



DefinisiGeomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata geomorfologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari 3 kata yaitu geos (earth/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge/ilmu pengetahuan). Maka dapat disimpulkan pengertian geomorfologi ialah pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai deskripsi dan tafsiran dari bentuk muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentang alam (the science of landform), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang saya sebut di atas contohnya yaitu plain, planteau, mountain, dsb.
Dalam buku “geomorphology: an introduction to the study of landscapes” Lobeck (1939) menyatakan bahwa landscapes yang dimaksudkan adalah bentang alam alamiah (natural landscapes). Dalam menafsirkan bentuk-bentuk bentang alam ada 3 faktor yang perlu di perhatikan yaitu: struktur, proses, dan stadia. Ketiga factor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.

  1. Struktur
Untuk mempelajari bentuk bentang alam suatu daerah, makahal yang pertama harus di ketahui adalah struktur geologi dari daerah tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa struktur geologi adalah faktor penting dalam evolusi bentang alam dan struktur daerah itu tercerminkan pada muka bumi, maka jelas bahwa bentang alam suatu daerah itu di control / dikendalikan oleh struktur geologi, adalah sifat-sifat batuan, yaitu apakah pada batuan tersebut terdapat rekahan-rekan (kekar), ada tidaknya bidang lapisan, patahan, kegemburan, sifat porositas dan permiabilitas batuan satu dengan yang lainnya. Menurut Thornburry bahwa pengertian struktur dalam geomorfologi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi, sedangan Lobeck membedakan antara “struktur geomorfologi” dan “struktur bentang alam”. Beberapa istilah struktur geologi adalah: struktur horizontal, struktur dome, struktur patahan, struktur lipatan, struktur gunung api; beberapa istilah struktur bentang alam: daratan atau plateau, bukit kubah, pegunungan patahan, pegunungan lipatan, pegunungan komplek. Karena struktur bentang alam ditentukan oleh struktur geologinya, dimana struktur geologi terjadi oleh gaya endogen, maka struktur bentang alam dapat di artikan sebagai bentuk bentang alam yang terjadi akibat gaya endogen.

  1. Proses
Proses dalam geomorfologi ini adalah proses yang berasal
  1. Stadia
Stadia / tingkatan bentang alam (jentera geomorfik) dinyatakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapan / stadia apa kondisi apa kondisi bentang alam saat ini. Untuk menyatakan tingkatan (jentera geomorfik) di gunakan istilah: (1) muda, (2) dewasa dan (3) tua. Tiap-tiap tingkatan dalam geomorfologi itu ditandai oleh sifat-sifat tertentu yang spesifik, bukan ditentukan oleh umur bentang alam.

KlasifikasiBentangAlam
Sehubungan dengan stadia geomorfologi yang dikenal juga sebagai siklus geomorfik yang pada mulanya diajukan davis dengan istilah geomorphic cycle. Siklus dapat di artikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu bentang alam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa, dan tua.
Stadia tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi peremajaan atas suatu bentang alam. Dengan kembali ke stadia muda, maka berarti bahwa siklus geomorfologi yang kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n+1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang terdahului dari satu siklus geomorfologi adalah siklus erosi (cycle of erosion). Dengan adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula istilah; the firs cycle of erosion, the second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. misalnya suatu plateau yang mencapai tingkat dewasa pada siklus yang kedua, maka disebut sebagai “maturely dissected plateau in the second cycle of erosion”.

Fosil Corpolite


  Fosil adalah benda alam yang berupa tubuh atau cangkang organism yang berupa jejak atau sisa kehidupan yang terproses secara alamiah, terawetkan dan terekam terutama dalam batuan sedimen, terutama yang berbutir halus. Dalam artian lain fosil adalah tanda adanya kehidupan geologi di masa lampau, pra holosen (11.000 tahun yang lalu). Fosil yang merupakan tubuh organisme baik utuh maupun kepingnya disebut sebagai body fossil. Sedangkan fosil yang merupakan tapak atau jejak organism disebut sebagai trace fossil(fosil jejak).
Buku Pedoman Praktikum Paleontologi, UGM
Secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat yaitu organismenya harus memiliki bagian keras seperti cangkang, tulang, gigi, jaringan kayu, organismenya harus terhindar dari kehancuran setelah mati, organisme harus segera terkubur oleh material yang dapat menahan terjadinya pembusukan, fosil harus terawetkan secara alamiah, berumur lebih dari 11.000 tahun.
Coprolite adalah sisa organisme yang berupa kotoran hewan. Corpolite berasal dari kata kopros dalam bahasa Yunani yang berarti kotoran. Corpolite dapat dihasilkan oleh semua organisme baik invertebrata maupun vertebrata. Mempelajari Corpolite erat kaitannya dengan bentuk anatomi dari pencernaan serta jenis makanan yang sering dimakan oleh organisme yang telah punah tersebut.
Buku Pedoman Praktikum Makropaleontologi,UNDIP
Dari fosil coprolite atau yang sering disebut kotoran hewan tersebut para arkeolog dapat mempelajari makanan penduduk tertua Amerika pada zaman tersebut. Dalam kotoran tersebut ditemukan jejak sisa makanan berupa tulang bajing, rambut bison, ikan, protein dari burung, anjing, dan rumput-rumputan.
Kotoran berusia puluhan ribu tahun yang sudah mengeras menjadi batu itu ditemukan dari sebuah gua di Oregon. Kode DNA yang diukur dari kotoran tersebut mirip dengan sifat genetika penduduk yang saat ini tinggal di Siberia dan Asia Timur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada zaman tersebut wilayah Amerika Utara diyakini sebagai gerbang penyebaran manusia ke Benua Amerika. Sehingga dapat diketahui Amerika Utara adalah sebagai tempat manusia akan memasuki Benua Amerika, dan diperkirakan Amerika Utara sebagai tempat penyeberangan manusia Asia melalui jalur yang menghubungkan Alaska dan Siberia.
Fosil kotoran manusia (Coprolite) ini berusia 14.340 tahun dan Coprolite ini berumur 1.000 tahun sebelum Clovis. Clovis adalah nama kebudayaan prasejarah tertua di Amerika Utara yang berkembang sejak 13.500 tahun lalu dan banyak diketahui dari barang-barang peninggalannya berupa mata-mata tombak dari batu yang khas. Disamping itu ditemukan juga sejumlah artifak didalam gua tempat tinggal manusia zaman tersebut. Dan dperkirakan juga orang-orang Prasejarah ini hanya tinggal beberapa hari didalam gua sebelum mereka berimigrasi ke tempat yang lain. Di ketahui juga pada zaman Prasejarah ini manusia hidupnya nomaden.


Jumat, 07 Oktober 2011

my favorit

ini adalah sebuah ayat Alkitab yang sangat saya ingat dan sangat saya sukai
matius 6: 34 yang berbunyi "Janganlah kamu khawatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."


Sabtu, 01 Oktober 2011

Protozoa


Protozoa merupakan hewan bersel satu yang merupakan bagian dari kingdom Animalia. Protozoa berasal dari bahasa yunani proto dan zoan yang dimana proto berarti pertama dan zoan yang artinya adalah hewan. Jadi secara keseluruhan arti dari Protozoa adalah hewan yang pertama hidup. Protozoa merupakan organisme bersel satu eukariotik. Binatang ini dibedakan dari algae karena dapat bergerak aktif dan tidak mempunyai dinding sel.
Habitat dari pada protozoa ini banyak hidup di air atau ditempat yang lembab atau tempat yang memiliki kelembaban tinggi. Hampir semua tempat yang berair dapat dijumpai protozoa seperti di laut, air tawar, daratan yang berair. Cara hidupnya dari protozoa ini dapat hidup dengan bebas maupun parasit pada berbagi organisasi lain.
Ciri-ciri dari pada protozoa adalah:
1.      Organisme uniselular (bersel satu)
2.      Eukariotik (memiliki membran nucleus
3.      Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
4.      Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
5.      Hidup bebas, saprofit, atau parasit
6.      Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup
7.      Alat geraknya berupa pseudopia, silia atau flagella
Phylum dari protoa ini terbagi dalam 5 kelas yaitu kelas mastigofora (flagellata), kelas Sacrodina (Rhizopoda), kelas Sporozoa, kelas Ciliata (Ciliophora), kelas Suctoria.
·         Kelas Mastigofora (Flagellata) alat geraknya berupa nagel (Bulu Cambuk). Bergerak dengan Flagel (Bulu Cambuk) yang digunakan juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap makanan. Contohnya adalah Euglena.
·         Kelas Rhizopoda (Sacodina) alat geraknya berupa kaki semu (Pseudopodia) yang merupakan penjuluran protoplasma sel. Contohnya adalah Amoeba Proteus, Entamoeba Histolityca, Entamoeba Gingivalis, Foraminifra Sp, Radiolaria Sp.
·         Sporozoa adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara bergerak dari hewan ini adalah dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Contohnya adalah Plasmodium.
·         Ciliata (Ciliophora) alat gerak berupa silia (rambut getar) anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu fase hidupnya yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Contohnya adalah Paramecium.
·         Suctoria mirip Ciliata dalam hal pengerakannya tetapi hewan ini memiliki system pencernaan diluar tubuh dan cilia yang lebih sedikit.

Kelas Sacrodina terutama Foraminifera dan Radiolaria yang memiliki bagian keras terutama foraminifera besar. Foraminifera besar terbagi 2 macam yaitu foram kecil dengan ukuran 200 – 600 μm. Foram besar dengan ukuran 0,5 mm – 10 cm. foraminifera besar diidentifikasikan pada morfologi dalamnya sehingga pengamatannya menggunakan peraga sayatan tipis dengan mikroskop binokuler maupun polarisasi. Foram besar hidup dilaut tropis hingga laut beriklim sedang. Foram besar hidup dengan memakan diatome dan algae. Hamper seluruh foram besar memiliki dinding test yang terputar planispiral (horizontal).

Jumat, 17 Juni 2011

Zaman Paleontologi dan Neogen Di Indonesia


Paleogen dan Neogen merupakan bagian dari Zaman Tersier (70-2 juta tahun yang lalu), dengan Paleogen yang terdiri atas Paleosen, Eosen dan Oligosen dan Neogen yang terdiri atas Miosen dan Pliosen. Tiap zamannya memiliki karakteristik, baik dari unsur kehidupan, cekungan sedimen, pengisi cekungan sedimen hingga aktivitas tektonik yang berlangsung pada zamannya. Kondisi pada awal Paleogen merupakan kondisi dimana terbentuknya awal dari sebuah cekungan, mulai ada suplai sedimen yang mengisi cekungan yang umumnya disebut dengan cekungan pra-Tersier. Kondisi awal cekungan, untuk di daerah fore-arc atau sepanjang zona tumbukan kerak samudera (Samudera Hindia) dan kerak benua (Indo-Asia) berupa laut tengah hingga dalam (zona batial) hingga terendapkan batulempung hingga batupasir halus. Contohnya yang terjadi pada daerah Banjarnegara - Purbalingga, dimana pada Paleogen Akhir merupakan laut dalam yang dipengaruhi kegiatan tektonik aktif sehingga terjadi longsoran-longsoran bawah laut yang mengakibatkan terjadinya endapan turbidit Formasi Worawari. Pada akhir Paleogen Atas terjadi pula longsoran – longsoran yang mengakibatkan terbentuknya endapan olistostrom Formasi Worawari yang tersusun oleh matriks lempung dan bongkah - bongkah batugamping numulit, batupasir kasar - sangat kasar, serta konglomerat. Setelah itu pada umur N3 terjadi pengangkatan yang diikuti oleh pendangkalan dan akhirnya diikuti proses erosi. Sebagai akibatnya terjadi rumpang umur antara Formasi Worawari yang paling muda berumur N2 dengan Formasi Merawu yang berumur paling tua N4.
Selama fase peregangan (Eosen-Oligosen), arah peregangan berarah timur laut - barat daya, Kemudian pada permukaan Neogen (Oligo-Miosen), jalur penujaman baru terbentuk di selatan Jawa dan menerus hingga sekarang serta menghasilkan sistem sesar naik yang dimulai dari selatan (Cileuteuh) bergerak semakin muda ke utara, sesuai dengan yang dikenal dengan thrust fold belt system. Sistem sesar naik yang mempunyai pola barat timur ini ditemukan pada daerah jalur selatan dari cekungan Jawa Barat Utara.
Bukti pendukung interpretasi yang menyatakan bahwa cekungan tersebut pada awalnya bukan merupakan back-arc basin adalah adanya arah peregangan dari rifting di Jawa Barat Utara hampir tegak lurus dengan arah zona tumbukan (subduction zone) saat ini.
Berdasarkan kondisi geologi dan geofisika, tektonik Neogen Indonesia terbagi menjadi 6 (enam) bagian orogen (Gambar 1), yakni: Sunda, Barisan, Talaut, Sulawesi, Banda, dan Melanesia.

Gambar 1. Pembagian Tektonika Neogen Wilayah Indonesia.
Orogen Sunda pada daerah ini mempengaruhi Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Pada orogen ini Lempeng Samudra Lautan Hindia menunjam di bawah ujung selatan Lempeng Benua Asia Tenggara dengan kecepatan sekitar 7cm/tahun. Sistem subduksi ini menghasilkan busur gunung api sepanjang Jawa dan Nusa Tenggara. Di belakang busur gunung api ini (di Laut Jawa) terbentuk cekungan sedimen yang dikenal mempunyai kandungan minyak dan gas bumi. Orogen ini juga mengakibatkan terbentuknya sesar-sesar regional yang memanjang barat-timur di bagian utara P. Jawa dan menerus sampai di utara P. Flores. Orogen Barisan, yang dimulai pada Akhir Neogen, menyebabkan sistem subduksi, dimana Lempeng Samudra Hindia menunjam di bawah Lempeng Benua Asia Tenggara dengan kecepatan 7cm/tahun. Subduksi mencong (oblique) 50o-65o ini membentuk busur gunung api Bukit Barisan sepanjang Pulau Sumatra. Sistem subduksi ini juga membentuk tiga cekungan besar Sumatra yang mempunyai cadangan minyak dan gas bumi besar; yakni Cekungan Sumatra Selatan, Cekungan Sumatra Tengah dan Cekungan Sumatra Utara. Di samping itu beberapa cekungan sedimen juga terbentuk di depan busur gunung api.

Rabu, 15 Juni 2011

Aplikasi Interpretasi Foto Udara


1.      Aplikasi Interpretasi Foto Udara
Permukaan bumi sangat bervariasi dan kompleks dengan relief - topografinya, komposisi material tak tekonsolodasi yang mendasari tiap bagian permukaannya dan pelaku perubahan yang terjadi padanya.  Setiap tipe batuan, retakan atau efek lain gerakan internal, dan tiap bentuk erosi dan pengendapan merupakan tanda bagi proses yang menghasilkannya. Seseorang yang akan menerangkan material bumi dan strukturnya harus mengerti asas geomorfologi dan dapat mengenali ekspresi permukaan beberapa variasi material dan struktur.  Melalui proses interpretasi foto udara serta pemetaan geologi dan tanah selalu membutuhkan sejumlah besar penelitian dilapangan, tetapi proses pemetaannya dapat jauh dipermudah dengan menggunakan interpretasi foto udara.
2.      Pemetaan Geologi
Foto udara pertama yang dibuat dari pesawat udara untuk tujuan pemetaan geologi digunakan untuk membuat mosaic daerah Bengasi Libya, pada tahun 1913.  Secara umum, penggunaan pertama foto udara secara sederhana hanya sebagai peta dasar untuk kompilasi data geologi, terutama diterapkan untuk eksplorasi minyak bumi.  Beberapa penggunaan foto udara untuk interpretasi pada dasawarsa 1920-an.  Sejak dasawarsa 1940-an, penggunaan foto udara untuk pemetaan geologi telah dikenal secara luas.
Pemetaan geologi meliputi identifikasi bantuk lahan, tipe batuan, dan struktur batuan (lipatan, ptahan, retakan) dan penggambaran unit geologi serta struktur geologi pada peta atau bentuk peragaan yang lain dalam hubungan spasial yang benar.  Eksplorasi sumberdaya mineral merupakan kegiatan penting dalam pemetaan geologi.  Karena sebagian besar kandungan mineral deposit di permukaan dan dekat permukaan bumi pada daerah yang mudah didatangi sedah diketemukan, perhatiannya sekarang pada lokasi deposit yang berada jauh di bawah permukaan bumi atau wilayah yang sukar dijangkau.  Metode geofisik yang memungkinkan penetrasi yang dalam ke bumi pada umumnya diperlukan untuk menentukan potensi deposit dan menentukan lokasi pengeboran untuk meyakinkan adanya kandungan deposit.  Akan tetapi banyak informasi tentang daerah yang potensial untuk eksplorasi mineral dapat ditemukan dengan interpretasi bentuk permukaan pada foto udara atau citra satelit.
Foto udara untuk terapan geologi pada umumnya dipotret antara tengah pagi hingga tengah hari, pada waktu matahari membuat sudut besar dan efek bayangannya kecil.  Foto udara yang mempunyai sudut matahari kecil dipotret pada pagi hari atau sore hari pada waktu matahari berbentuk 10o atau kurang diatas horizon.  Pada foto ini terdapat daerah bayangan yang sering memperlihatkan adanya perbedaan relief dan pola tekstur yang halus yang tidak tampak pada foto udara yang sudut mataharinya besar.  Beberapa pola bayangan seperti ini dapat membantu dalam identifikasi unit geologi.  Akan tetapi karena kondisi penyinaran berubah cepat pada pagi atau sore hari, sudut penyinaran dan kondisi pemotretan foto tidak mungkin tetap selama penerbangan pada suatu sudut matahari kecil.
Untuk sebagian besar terapan, foto udara dipotret dengan kondisi permukaan bumi bebas dari salju, karena penutupan oleh salju menghilangkan kerincian permukaan.  Akan tetapi foto udara yang permukaannya tertutup salju yang dipotert dengan sudut matahari rendah pada musim dingin, dapat memberikan gambaran aspek topografi medan yang dipertajam.  Hal ini sering menghasilkan informasi yang berguna yang tidak mungkin dihasilkan dari foto udara yang bebas salju.
Interpretasi citra multitingkat sering deigunakan dalam studi geologi.  Penafsir memulainya dengan melakukan interpretasi citra Landsat dengan skala 1:500.000 hingga 1:1.000.000, kemudian mengkaji foto udara stereoskopik berskala lebih kecil dari skala 1:60.000 sampai 1:120.000 hasil pemotretan dengan ketinggian terbang tinggi.  Untuk pemetaan yang rinci, dapat menggunakan foto udara stereoskopik berskala 1:20.000.  Citra skala kecil memungkinkan pengamatan untuk menyeluruh atas tata letak geologi secara regional.  Banyak kenampakan geologi penting yang membentang dengan jarak yang besar seperti patahan geologi dapat dipelajari dengan baik dengan mengamati citra satelit.  Untuk identifikasi dan pemetaan yang lebih rinci, dapat menggunakan foto udara skala besar.
3.      Pemetaan Tanah
Survei tanah rinci merupakan sumber utama informasi suatu daerah. Karena itulah peta tersebut banyak digunakan pada kegiatan seperti perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif.  Mengetahui kesesuaian tanah untuk berbagai aktivitas penggunaan lahan sangat essensial untuk melindungi kemerosotan lingkungan sehubungan dengan kesalahan dalam penggunaan lahan.  Secara ringkas, apabila perencanaan dimaksudkan dimaksudkan sebagai alat yang efektif untuk tuntunan penggunaan lahan, maka harus didasarkan pada inventarisasi sumberdaya alam secara teliti.
Survei tanah rinci merupakan hasil studi intensif sumberdaya tanah oleh pakar yang terlatih.  Untuk membuat batas unit tanah digunakan interpretasi foto udara disertai kerja lapangan yang ekstensif.  Pakar tanah melintas bentang darat dengan berjalan kaki, melakukan identifikasi tanah, dan membuat batas tanah.  Proses ini meliputi pengkajian lapangan atas sejumlah besar profil tanah (penampang melintang), melakukan identifikasi, dan mengklasifikasikan unit tanah.  Pengalaman dan latihan pakar tanah sangat diperlukan untuk mengevaluasi hubungan antara tanah dan vegetasi, material bahan induk geologi, bentuk lahan, dan posisi bentang darat.  Interpretasi foto udara telah digunakan sejak awal 1930-an untuk mempermudah proses pemetaan tanah.  Secara khusus digunakan foto udara pankromatik berskala 1:15.840 hingga skala 1:40.000 sebagai dasar pemetaan.
Peta survei tanah pertanian telah dibuat untuk beberapa daerah di Amerika oleh Departemen Pertanian A.S (USDA) sejak sekitar tahun 1900.  Sebagian besar survey tanah yang diterbitkan sejak tahun 1957 merupakan peta tanah yang dicetak dengan menggunakan dasar mosaic foto dengan skala 1:24.000, 1:20.000, atau 1:15.800.  Tujuan semula survey tersebut adalah untuk memberikan bantuan tehnik kepada petani dan peternak untuk pengelolaan tanaman dan pelaksanaan perumputan.  Survei tanah yang diterbitkan sejak tahun 1957 berisi informasi tentang kecocokan tanah untuk beberapa variasi penggunaan pada setiap unit tanah yang dipetakan.  Peta tersebut berisi informasi untuk beberapa tujuan seperti penaksiran produksi untuk tanaman pertanian umum, evaluasi kecocokan lahan penggembalaan, menghitung produksi kayu, menaksir kondisi habitat binatang liar, menilai kecocokan untuk berbagai keperluan wisata, dan menentukan kecocokan untuk berbagai keperluan pengembangan seperti untuk jalan raya, jalan local, fondasi bangunan, dan daerah serapan septik tank.

Kamis, 12 Mei 2011

mineral pirolusit


gambar mineral pirolusit
Nama mineral              :  Pirolusit
Rumus Kimia              :  MnO2
Golongan                    :  Hidroaksida
Sistem Kristal              :  Tetragonal
Warna                          :  Hitam besi
Kilap                           :  Logam
Kekerasan                   :  6,5
Cerat                           :  Hitam
Belahan                       :  Sempurna {110}
Pecahan                       :  Uneven
Bentuk                        :  Kristalin
Struktur                       :  Sacharoidal
Berat Jenis                   :  4,75
Sifat Dalam                 :  Brittle ( Rapuh )
Kemagnetan                :  Diamagnetik
Transparasi                  :  Opaq ( tidak tembus )
Optic                           :  Anisotrop
Cara terjadinya            :  Terjadi akibat pembekuan dari magma asam dalam gang.
Kegunaan                    :  Digunakan sebagai isi pensil,baterai, aki.
Terdapatnya                :  Mangan berbentuk kristal halus dalam berbagai batuan. Bila mana batuan mengalami penghancuran ia mungkin diendapkan kembali sebagai variasi mineral, tetapi pirolusit sebagai mineral utama. Endapan nodul dari pirolusit ditemukan didasar danau dan di dasar dari laut dangkal.