Fotogrametri dapat
didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk
memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik
dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan/
pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar
gelombang elektromagnetik. Fotogrametri diperlukan karena :
- Untuk menentukan letak relatif objek atau fenomena dan untuk menentukan ukuran lainnya.
- Untuk menggambarkannya pada peta.
Salah satu
karateristik fotogrametri adalah pengukuran terhadap objek yang
dilakukan tanpa berhubungan perlu berhubungan ataupun bersentuhan
secara langsung dengannya. Pengukuran terhadap objek tersebut
dilakukan melalui data yang diperoleh pada sistem sensor yang
digunakan.
Terminologi Close
Range atau Rentang Dekat muncul pada saat teknik ini digunakan untuk
objek dengan jarak kurang dari 100 meter dari posisi kamera berada
dekat dengan objek. Fotogrametri rentang dekat adalah teknik
pengukuran 3D tanpa kontak langsung dengan objek, menggunakan
kamera untuk mendapatkan geometri sebuah objek.
Dalam
fotogrametri syarat fundamental yang banyak digunakan adalah syarat
kesegarisan berkas sinar (collinearity
condition)
yaitu suatu kondisi dimana titik pusat proyeksi, titik foto dan titik
obyek di tanah terletak pada satu garis dalam ruang. Kondisi ini
dinamakan kondisi kolinearitas.
Pada acara praktikum
kali ini, kita akan mencari data melalui pengukuran dari unsur –
unsur fotogrametri. Pengukuran yang dilakukan antara lain :
- Pengukuran Luas
Dapat dibedakan
menjadi tiga kategori yaitu alat sederhana, alat mekanik dan alat
elektronik. Dalam hal ini yang digunakan adalah alat sederhana karena
penggunaannya paling cepat. Berdasarkan metode yang digunakan alat
sederhana dibedakan atas :
- Metode strip; yang digunakan berupa lembaran tembus cahaya yang padanya ditarik garis-garis sejajar dan berinterval sama besar. Lembaran tembus cahaya ini ditumpangkan pada objek yang diukur luasnya. Kemudian ditarik garis-garis tegak lurus pada batas objek sedemikian hingga bagian yang dihilangkan sama dengan bagian yang yang ditambahkan. Sisi atas segi empat panjang atau sisi atas strip itu dijumlahkan dan dikalikan dengan intervalnya sehingga diperoleh luas objek pada foto.
Gambar
2.1 : Perhitungan Metode Strip
Dari gambar di atas,
luas objek diukur dengan menjumlahkan luas masing-masing segi empat
panjang (Luas ABB’A’ + CDD’C’ + EFF’E’), dimana AA’,
BB’, CC’, DD’, EE’ dan FF’ merupakan interval strip.
- Metode bujursangkar; dilakukan dengan kertas milimeter. Kertas milimeter ini ditumpangkan di atas objek yang diukur luasnya. Dalam mengukur luas pada objek pada citra dihitung berapa bujur sangkar 1cm x 1cm yang jatuh dalam batas objek yang diukur luasnya. Dari gambar 2.2, luas objek dapat diukur dengan menjumlahkan bujursangkar yang memuat luas lebih dari setengah bujursangkar. Jika bujursangkar berjumlah 12 buah dengan skala pada foto adalah 1 : 50.000 (maka 1 cm = 500 m), maka 1 bujursangkar sama dengan 250.000 m2. dengan demikian luas objek tersebut adalah 12 x 250.000 m2 sama dengan 3.000.000 m2.
Gambar 2.2 :
Perhitungan Metode Bujursangkar
- Metode jaringan titik; alat ukurnya berupa lembaran tembus cahaya yang diberi jaringan titik yang masing-masing berjarak sama. Titik itu serupa dengan titik yang dibuat pada tengah-tengah bujursangkar yang kemudian bujursangkarnya dihapus. Dalam metode ini kita tinggal menghitung berapa titik yang masuk dalam batas objek yang diukur luasnya. Tiap titik dianggap mewakili satu bujursangkar, sehingga tiap titik dikalikan dengan luas bujursangkar untuk mendapatkan luas objeknya.
Gambar
2.3. Pengukuran Luas Metode Jaringan Titik
- Skala Foto Udara Vertikal
Skala foto udara
merupakan perbandingan antara jarak pada foto udara dengan jarak
sebenarnya di lapanagan. Skala foto diperlukan untuk menentukan
ukuran objek maupun untuk mengenalinya. Ada beberapa cara untuk
menentukan skala foto udara vertikal, yaitu :
Perbandingan antara
panjang fokus dan tinggi terbang. Persamaannya yaitu :
S
= f / H
Ket. S = skala, f =
fokus dan H = tinggi terbang.
Membandingkan jarak
foto terhadap jarak lapangan, dilakukan bila membawa foto udara ke
lapangan atau kalau tahu jarak sesungguhnya objek di lapangan dari
objek yang tergambar pada foto. Persamaan yang digunakan yaitu :
S
= df / dl
Ket. S = skala, df =
jarak pada foto, dan dl = jarak di lapangan.
Membandingkan jarak
pada foto terhadap jarak pada peta yang telah diketahui jaraknya.
Persamaan yang digunakan yaitu :
dp
/ pf = df / pp
Ket. dp = jarak di
peta, df = jarak pada foto, pf = skala foto dan pp = skala pada peta.
- Basis Foto (Photo Base)
Merupakan jarak
antara dua pemotretan berurutan. Hal ini menyebabkan kenampakan
adanya pergeseran titik pusat foto satu dengan foto berikutnya. Jarak
pergeseran pada lembar foto ini disebut photo
base
atau basis foto. Besarnya basis foto pada sepasang foto udara adalah
rata-rata dari hasil pengukuran dua basis foto tersebut, persamaannya
yaitu :
B
= b1
+ b2
2
Ket. B = basis foto,
b1
= basis foto 1 dan b2
= basis foto 2.
- Paralaks
Merupakan perubahan
kedudukan gambaran titik pada foto udara yang bertampalan yang
disebabkan oleh perubahan kedudukan kamera. Paralaks ini disebut juga
dengan paralaks absolut atau paralaks total. Lebih jauh dikemukakan
bahwa paralaks absolut suatu titik adalah perbedaan aljabar yang
diukur sepanjang sumbu x, berpangkal dari sumbu y ke arah titik
bersangkutan yang tergambar pada tampalan foto udara. Hal ini
dilandasi oleh asumsi bahwa masing-masing foto udara itu benar-benar
vertikal dan dengan tinggi terbang yang sama. Pada gambar 2.4, titik
A dan B terletak di atas bidang rujukan dan titik P terletak pada
titik utama. Nilai paralaks absolutnya merupakan jumlah nilai sumbu X
masing-masing titik, yaitu jumlah absolutnya (tanpa tanda
negatifnya).
Gambar
2.4. Paralaks Titik A, B, dan U
Pengukuran paralaks
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
- Pengukuran paralaks secara stereoskopik; dilakukan dengan menggunkan batang paralaks atau meter paralaks (parallax bar) terdiri dari dua keping kaca yang diberi tanda padanya. Tanda ini disebut tanda apung (floating mark). Masing-masing keping kaca dipasang pada batang yang dapat diatur panjangnya yang diatur dengan memutar sekrup mikrometer. Pengukuran dilakukan setelah foto disetel di bawah pengamatan stereoskopik. Tanda apung kiri diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya di foto kiri, dan tanda apung kanan diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya pada foto kanan, dimana peletakan dilakukan dengan melihat dari stereoskop. Kemudian dilakukan pembacaan pada sekrup mikrometer yang dibaca dalam milimeter (mm).
- Pengukuran paralaks secara monoskopik; atau disebut juga cara manual, dilakukan tanpa menggunakan batang paralaks, melainkan hanya dengan menggunakan penggaris biasa. Dari gambar 2.5, maka paralaks titik A dan titik B dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
PA
= XA1 – (-XA2) = XA1 + XA2 PB = XB1 – XB2
Gambar
2.5. Pengukuran Paralaks dengan Cara Monoskopik
- Beda Tinggi
Beda tinggi antara
dua titik yang tergambar pada tampalan foto dapat diukur berdasarkan
beda paralaksnya.paralaks suatu titik dapat diukur dan dinyatakan
dengan persamaan :
h
= H p
b
Ket. h = beda
tinggi, H = tinggi terbang, p = beda paralaks dan b = base foto. Jika
beda tinggi, beda paralaks dan base foto diketahui maka tinggi
terbang dapat ditentukan dengan persamaan di atas.
Dari persamaan di
atas dapat divariasikan dan menghasilkan beberapa persamaan, yaitu :
∆h = H. ∆P
PB
+ ∆P
Ket. ∆h = beda
tinggi, HB
= tinggi terbang pesawat dari titik B, PB
= paralaks titik B, PA
= paralaks titik A, ∆P = selisih paralaks A dan B, H = tinggi
terbang pesawat dari bidang dasar, b = jarak dasar foto (photo
base),
B = jarak dasar udara (air
base)
dan f = jarak fokus lensa kamera. Hasil pengukuran beda tinggi akan
teliti apabila foto udara yang digunakan berskala 1 : 10.000 atau
lebih besar.
- Pengukuran Jarak Horizontal
Jarak pada foto
udara tidak mencerminkan jarak sesungguhnya di lapangan, karena ada
pergeseran. Untuk menentukan jarak horizontal yang sesungguhnya
digunakan cara grafis, karena kalau dengan mengukur
relief-displacement
satu per satu akan membutuhkan waktu lama. Prosedur pengukurannya
yaitu :
- Tentukan pusat masing-masing foto yang berpasangan.
- Letakkan miuka pada masing-masing foto udara.
- Titik pusat foto (n1 dan n2) dan titik pusat foto konjugasi (n1’ dan n2’) diplot pada mika.
- Tarik garis dari n1 ke A1 dan ke B1, juga garis n2A2 dan n2B2 pada mika.
- Masing-masing mika diambil dan dipasang berimpitan hingga n1 berimpit denagn n1’ dan n2 berimpit dengan n2’.
- Titik potong antara n1A1 dan n2A2 serta n1B1 dan n2B2 dihubungkan. Garis penghubung itu adalah jarak AB yang sudah terkoreksi. Sehingga jarak di lapangan dihitung dengan persamaan = dAB x H/f, dengan dAB = jarak AB pada foto yang sudah terkoreksi, H = tinggi terbang pesawat dari bidang dasar dan f = jarak fokus lensa kamera.
Gambar
2.6. Pengukuran Jarak Horizontal Secara Grafis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan memberi komentar untuk memperbaiki blog ini